Sungguh tak kuasa melihat fotomu yang selalu aku
simpan, seperti sejuta kenangan yang baru saja engkau tinggalkan kemarin,
meskipun 2 tahun adalah waktu yang sangat singkat dan ketika itu aku
masih terlalu dini dan rapuh menerima peristiwa yang memilukan , namun
masih jelas terngiang di benakku wajahmu yang tersenyum lembut meski di
pembaringan kau masih setia menanti tamu yang kau muliakan.
Ya 18 tahun yang lalu tepatnya,di saat anakmu belum
mengenal kata2 yang setidaknya bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya atas
ketulusan hati yang kau berikan, dan jg belum sempat mencium jari jemari yang
sering engkau gunakan untuk membersihkan kotoran yang menempel di tubuh anakmu,
dan disaat engkau hanya terbaring lemah menderita penyakit yg tak kunjung
sembuh, dengan tatapan lesu yg sering kau layangkan ke wajahku membuatku
semakin mengerti pahitnya kehidupan dimana aku harus dilahirkan..
Kini engkau benar tiada, dan itulah yang terjadi..harusnya
dulu aku menatap wajahmu lebih lama agar aku bisa mengingatmu setiap saat,
mestinya aku terlahir lebih awal sehingga kita bisa mengukir cerita lebih
banyak yang dapat ku simpan rapi dan tak lekang oleh waktu, dan seharusnya
engkau sedikit bersabar menungguku beranjak dewasa sehingga aku bisa merawatmu
sekuat tenaga sampai aku sepenuhnya yakin bahwa memang benar aku memiliki sosok
ibu yang sempurna seperti dirimu,ya aku selalu membanggakanmu dimanapun
aku berada seperti mereka membanggakanmu dulu.. andai ibu tahu
Tidak lama lagi saya balik ke kampung halaman dimana
sejarahmu tercipta di sana dan akan berkunjung ke makammu yang telah lama
kuabaikan, aku tidak membawakanmu sesuatu yang berharga kecuali doa yg tulus
dari seorang anak yang mencoba wujudkan mimpimu, kini aku telah berada di paruh
jalan itu, aku akan mengatakan bahwa anakmu sekarang telah beranjak dewasa ,
tahukah engkau hal pertama yg terlintas di benakku ketika ku dinyatakan lulus..
? jawabannya adalah “engkau dan harapan itu” andai ibu tahu..
Dan sebenarnya yang lebih penting ingin ku katakan,”
jujur aku sangat membutuhkan kehadiranmu saat ini”, entah apa yang membuatku
bergetar ketika mengingatmu malam ini, aku ingin bercerita banyak tentang kisah
kehidupanku yang remuk dan dikala aku bahagia , masikah kau sudi mendengarnya?
maafkan aku telah mengusikmu di kedamaian sana..
maafkan aku telah mengusikmu di kedamaian sana..

0 komentar:
Posting Komentar